Jumat, 28 Agustus 2009

berenang di sungai Ramadhan


Selamat datang Ramadhan. Bulan taubat dan keridhaan. Bulan perbaikan dan iman. Bulan shadaqah dan ihsan. Bulan pengampunan dari Ar Rahman. Bulan berhiasnya jannah (surga). Bulan dibelenggunya syaitan. Di dalamnya berhembus ruh, karena dialah bulan kemenangan. Selamat wahai orang yang berpuasa di dalamnya. Meninggalkan makan dan minum.

Bergembiralah orang yang menghidupkan malamnya. Dan mengikuti imam shalatnya.

Hati berpuasa di bulan Ramadhan, bahkan dari lintasan kemaksiatan dan rencana permusuhan, dan pembangkangan. 

Mata berpuasa dari melihat yang haram. Mata yang tunduk takut dari Penguasa Alam. Maka, bola matanya tak jatuh pada dosa.

Telinga berpuasa dari pengkhianatan. Dari mendengarkan lagu. Diam mendengarkan dzikir akan kekuasaan Al Hakiim dan Perkataan Al Kariim (Al Quran).
Lisan yang berpuasa dari kata-kata kotor. Dari kalimat yang keji. Dari ungkapan jorok. Demi menjalankan syariat.

Tangan berpuasa dari menyakiti sesama. Menghilangkan kerusakan. Mengusir kezaliman dan pembangkangan. Melenyapkan perusak bangsa.

Kaki perpuasa dari perjalanan menuju yang haram. Maka, tak ada jalanan baginya yang mengarah pada dosa. Tidak akan dia melangkahkan kakinya ke sana. 

Tidakkah datang waktunya untuk para pelaku maksiat untuk berenang-renang di sungai Ramadhan ? Belumkah tiba saatnya bagi mereka untuk membersihkan jasad dari dosa. Mencuci hati dari keharaman yang menempel dalam hati. Tidakkah tiba waktunya bagi orang yang selama ini menolak kebenaran, untuk masuk ke pintu orang-orang puasa? Menghadap kepada Rabb alam semesta. Untuk mendapat keridhaan pada kedudukan yang terpercaya.

Sungguh Ramadhan adalah kesempatan usia mahal. Musim dagangan yang tinggi keuntungannya. Hari diagungkannya berbagai kebaikan. Waktu dihapuskannya segala keburukan. Saat dihilangkannya berbagai kesalahan. Mari lepaskan pakaian kemaksiatan di bulan Ramadhan. Maka, Allah akan mengenakan pakaian hamba-Nya dengan pakaian keridhaan. Allah akan memberi kebaikan untuknya dengan taubat yang bisa menghapus dosa yang telah lalu. 

Di bulan Ramadhan, terdapat bermacam kemenangan untuk kita, kemuliaan kita, perang besar kita, dan keunggulan kita. 

Di bulan Ramadhan turun kepada kita firman Al Hakiim, kepada Rasul kita yang mulia. Itulah rahasia kemuliaan kita yang sangat agung.

Di bulan Ramadhan, bertemu dua pasukan. Pasukan dari Yang Maha Rahman dan pasukan dari syaitan. Dalam peperangan Badar Kubra, saat keimanan diberatkan timbangannya oleh Allah SWT, dan dikalahkannya pembangkangan terhadap kebenaran dengan kerugian yang tiada tara.

Di bulan Ramadhan ditaklukkanlah Makkah dengan Islam. Dihancurkannya berhala, ditinggikannya panji-panji tauhid, dan dihormatinya bendera halal dan haram. 
Di Ramadhan saat terjadinya perang Hithiin yang begitu hebat. Di bulan ini terjadi hari kemenangan Shalahuddin yang gemilang. Saat kalimat Tauhid berkibar-kibar dan bendera salib menjadi yatim.

Puasa jiwa di bulan Ramadhan adalah pagar dari penyimpangan, keberpalingan dan keberlebihan. Jiwa ini ingin kembali. Hati ini juga ingin merasakan kekhusu’annya. Tubuh sudah sangat menghendaki untuk tunduk. Dan mata sangat senang dengan mengeluarkan air mata. 

Bagi bulan ramadhan ada kehormatan yang tanpa celaan. Tidak ada ghibah (membicarakan keburukan orang lain). Tidak ada namimah (mengadu domba). Tidak ada caci maki. Tidak ada kata-kata kotor. Tidak ada kata-kata keji. Yang ada hanyalah dzikir dan istighfar. Andai seseorang mencacimu di bulan ini, katakanlah,”Aku sedang berpuasa.” Aku tak punya waktu untuk berkelahi. Aku tak punya kesempatan untuk mengeluarkan kata-kata kotor. Karena jiwa telah diikat dari kesalahan dan telah dibelenggu dari kemaksiatan dengan tali yang kuat.
Jika engkau ingin dibunuh di bulan Ramadhan, katakanlah,”Aku sedang puasa”, maka aku tidak membawa senjata. Karena aku sedang berada di musim perbaikan, di medan kemenangan dan di mihrab yang mengajak pada kemenangan.

Dahulu orang-orang shalih, jika memasuki Ramadhan, memperbanyak bacaan Al Quran, mempersering dzikir, di setiap waktu. Merekan kenakan pakaian taubat dengan istighfar. Karena selama ini mereka tahu, tangan kemaksiatan telah mencabik-cabik pakaian dirinya. Maka, bulan ini adalah bulan pertolongan untuk hati yang telah tertarik oleh dosa.

Ramadhan mengingatkanmu dengan orang-orang lapar. Memberitakanmu bahwa di sana ada orang-orang yang begitu menderita. Bahwa di dunia ini banyak orang miskin. Agar engkau menjadi orang yang selalu membantu saudara-saudaramu sesama Muslim. Bergembiralah saat berbuka. Karena telah ada hidangan pengampunan setelah engkau dengan baik menjalani puasa di siang harinya. Berbahagialah saat bertemu Tuhanmu. Jika Dia telah mengampuni dosamu dan meridhai hatimu.

Sebagian salafushalih sering berada di masjid di bulan Ramadhan, membaca Al Quran dan beribadah, bertasbih dan bertahajjud. Sebagaian mereka banyak bersedekah di bulan Ramadhan tiga kali lipat. Karena mereka tahu menahan lisannya dari semua kemungkaran. Membiasakannya selalu berada dalam dzikir dan menyibukkannya dengan kesyukuran. 

Salam untuk mereka yang berpuasa, di saat duduk di waktu sahur. Mengulang-ulang istighfar, mengeluarkan air mata penyesalan.
Salam untuk mereka saat terbitnya fajar dan tetap tamak terhadap ganjaran Allah SWT. Engkau lihat mereka begitu khusyu’ dalam shalat mereka dan begitu tunduk kepada Allah SWT.
Salam untuk mereka saat datangnya waktu berbuka. Mereka duduk di hadapan hidangan Tuhan Yang Maha Pengampun. Memohon pahala atas apa yang mereka lakukan sepanjang siang.

Kamis, 05 Februari 2009

Masalah Sosial di Sekitar Kita

Bunga Layu di Bandar Baru 

(sumber: http://www.analisadaily.com)

Kakinya terasa berat melangkah. Sudah dua jam Nining mengitari terminal Purwokerto ini. Tidak ada yang berubah, ketika dua tahun lalu, dia dan emaknya datang ke kota ini. Hanya beberapa toko kelihatan sudah mulai dipugar. 

Beberapa pedagang asongan terus menjajakan dagangannya ke setiap penumpang yang turun naik bus. Gadis bermata sipit dengan alis tebal itu, sesekali menelanjangi sudut demi sudut pertokoan di terminal itu. Orang yang ditunggu-tunggunya tidak juga kelihatan. Diliriknya arloji kecil di tangan. 

Sudah menunjukkan pukul empat sore. Tidak mungkin lagi dia balik ke kampung.
‘’Mau ke Jogya, neng?’’ Seorang laki-laki mengampirnya. Nining menggeleng.
‘’Adek ini mau ke Semarang, ya?’’ Dua lelaki agen bus menyapanya. Nining tak menjawab dan berjalan menjauhi keduanya. Dia hanya ingin bertemu temannya. Baginya, pertemuan itu sangat penting. Pertemuan yang kelak akan bisa mengubah nasibnya dan keluarganya. Jam menunjukkan pukul enam sore, yang ditunggu tak kunjung datang. Nining sudah kehabisan akal. 

Kembali ke kampung, sebuah keputusan yang baginya sia-sia. Toh, ketika pamit dan membawa pakaian seadanya, Nining sudah dianggap merantau mencari pekerjaan.
‘’Mudah-mudahan kamu bisa cepat-cepat kirim uang ke sini.’’ Begitu pesan maknya saat Nining berpamitan.
’’Jangan lupa kasih kabar begitu kamu sampai di Jakarta,’’ Mang Karto, adek tertua ayahnya berpesan. Dia hanya bisa menitipkan uang sepuluh ribu sebanyak tiga lembar. Katanya untuk jaga-jaga. Dia pegang erat-erat uang itu. Selembar diambilnya, sambil melangkah ke warung. Sore sudah berangkat malam. Yang ditunggu tak kunjung muncul.
’’Sudah hampir satu jam kamu di sini. Emangnya nunggu siapa?’’ pemilik warung bertanya sambil membereskan dagangannya.

’’Teman, bu. Janjinya sih jumpanya jam empatan gitu.’’
’’Laki?’’
’’Hm, nggak. Perempuan.’’
’’O, teman satu sekolah?’’
’’Iya. Janjinya mau nawarin kerja di Jakarta.’’

’’Wah, zaman sekarang, susah nyari kerja di Jakarta.’’
’’Iya, sih, bu. Mudah-mudahan pekerjaan itu ada. Saya sangat butuh.’’
’’Oh kamu mau cari kerja? Saya ada kenalan. Dia udah sering memberangkatkan orang ke Medan.’’
’’Medan?’’
’’Ya. Jadi pelayan rumah makan. Gajinya lumayan, lho. Sebulan dua juta.’’

Nining terdiam. Perkataan terakhir wanita itu dipikirkannya. Medan? Dia sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke kota itu. Bekerja sebagai pelayan rumah makan, dengan gaji dua juta. Sebuah tawaran menggiurkan. Dia belum pernah memegang uang sebanyak itu. Di Jakarta, meski juga ditawarkan bekerja di rumah makan, dia hanya digaji tujuh ratus ribu. 
’’Bagaimana? Kalau kamu mau, selepas saya tutup warung, kita ke rumah teman saya itu.’’

Nining tidak berkata. Dia hanya menggangguk pelan. Entah setuju atau karena rasa kebosanan menunggu temannya yang tak kunjug muncul. Satu jam kemudian, mereka sudah berada di sebuah rumah. Rumah itu seperti tempat penampungan. Beberapa wanita seumurnya terlihat duduk-duduk di depan teras.

’’Mereka itu menunggu giliran untuk dibawa ke Medan.’’ kata seorang pria yang tengah menyulut rokok.
Sejurus kemudian, seorang laki-laki bertubuh gempal dengan rambut lurus tersisir rapi, keluar menemui Nining, bersama si pemilik warung.
’’Maaf, lama menunggu. Silahkan duduk.’’

Dia lalu menceritakan segala hal yang akan dijalani Nining kelak. Tidak terlalu lama, tapi Nining seperti mengerti. Dia sudah membayangkan, bulan pertama gajian, akan kirim ke kampung, menebus sawah emaknya yang sempat digadaikan karena sakit bapaknya tak kunjung sembuh. 

Jika ada lebih, dia akan simpan. Dua bulan selanjutnya, uang berlebih itu akan kirimkan ke si bungsu Sukri yang sering demam karena keinginannya tak kunjung bisa dipenuhi bapaknya : sebuah sepeda bekas milik Narto, anak tetangga sebelah yang mau dijual bapaknya.

’’Malam ini kamu nginap di sini. Besok sekitar pukul sembilan pagi, kamu diantar ke terminal. Jadi istirahatlah dulu, karena perjalanan ke Medan cukup melelahkan.’’ Khayalan Nining buyar seketika. Menunggu seharian di terminal membuat matanya mulai kelelahan. Baru sepuluh menit merebahkan badan, dia sudah terlelap dalam satu angan-angan dalam tidur yang singkat.

Sebuah cita-cita untuk merobah nasib dan menaikkan harga diri keluarga. Satu usaha untuk sekedar merasakan bagaimana enaknya punya sepedamotor sendiri. Sejuta keinginan yang hendak dia pertaruhkan di tempat kerjanya yang baru. Satu kota yang dia dengar tapi tak pernah dia tahu : Medan! Keinginan itu sekarang sudah ada di depan mata. Nining dan empat wanita sebaya dia tengah bersiap-siap dengan tas masing-masing.

’’Yang ke Medan ikut Mas Bambang. Yang mau ke Pekan Baru, nanti pukul 10.00 diantar langsung ke tempat Pak Sunardi. Adik-adik yang ke Malaysia, jangan lupa bawa surat-suratnya.’’ Pria yang kemarin malam menyapa Nining, terlihat sibuk mengatur keberangkatan. Empat unit kijang warna hitam tengah parkir di halaman depan. 

Dua jam berlalu, Nining tengah menelanjangi setiap kota demi kota yang ia lewati. Terasa asing, tapi mimpi yang hendak dikejar begitu mendorongnya untuk terus tersenyum. 
Senyumnya terus tersungging meski kini kota yang asing baginya sudah di depan mata. Terminal yang sumpek dan hingar-bingar teriakan kernet angkot mencari penumpang.
’’Sewa.. sewa... Padang Bulan! Binjai!’’

’’Kamu tunggu di sini aja. Ntar ada yang jemput. Nanti abang yang serah terima,’’ kata sopir bus yang sejak dari Purwokerto tampak begitu akrab. Berselang kemudian, mobil dimaksud datang. Dua pria menghampiri Nining.
’’Kamu yang dari Purwokerto?’’ Nining mengangguk pelan. 

’’Rumah makannya di mana, Bang?’’Nining berusaha mencari tahu.
’’Ikut kami saja.’’ Nining pasrah. Dia tak paham kota ini. Dia semakin tidak paham, saat mobil yang membawanya menjauh kota. Melewati perbukitan dan dingin yang menusuk tulang. 

Rimbunan pohon berdiri tegak menyucuk tanah yang lengang dan sepi. Cericit burung ditingkahi gemericik air di sungai, menghitung detik demi detik. Mobil membawa perempuan berambut lurus tebal itu ke tempat pekerjaan barunya.

Nining hanya memandangi lekuk demi lekuk tanah perbukitan dalam mimpi yang terbayang indah. Satu harapan baginya kelak, di tempat pekerjaan baru itu, nasib akan diobah.
’’Bagaimana perjalanan Purwokerto-Medan? Capeklah, ya.’’

Pria yang menyetir di depan memecah kesunyian jalan. Sambil menyulut rokok. Dia melirik dari kaca, memandangi Nining dalam tatapan nakal. Nining hanya tersenyum kecil tanpa tahu arti pandangan pria itu.

’’Nanti kamu kerja yang bagus. Jangan pilih-pilih tamu. Kalau kamu pintar melayani, tamu pasti akan memberi tips banyak.’’ Lagi, Nining tersenyum. Kali juga tanpa tahu arti pernyataan itu.

’’Nanti apa kata Bu Suri, jangan dibantah. Dia sedikit cerewet.’’ Nining mencoba menebak, rumah makan seperti apa tempatnya bekerja itu. ’’Ntar, kalau abang pengen, kamu jangan lupa, ya?’’ Nining semakin tak bisa menyelami arti kalimat pria yang selalu meliriknya nakal lewat kaca itu.

Perjalanan sepertinya telah mendekati senja. Di langit, mendung mulai menggantung. Satu persatu, tetes hujan turun. Di tepian jalan, telah terlihat jejeran rumah. ’’Masih jauh, bang?’’ Nining hendak mempercepat kerinduannya terwujud untuk bekerja.

’’Lima menit lagi. Udah pengen sekali, ya?’’ Lelaki itu makin nakal menelanjangi Nining dalam tatapan. Nining terdiam dalam tanya yang menggelantung pikirannya. Belum usai dia mencoba memecah teka-teki itu, mobil telah memasuki gerbang sebuah bungalow. Di sisi kanan dan kirinya, sejumlah bungalow lain tertata rapi. Seorang perempuan berusia kira-kira 40 tahun menghampirinya.

’’Kamu istirahat dulu. Besok mulai kerja. Di kamarmu sudah ada pakaian dan segala perlengkapan kerja.’’ Wanita itu meninggalkan Nining sambil tangannya menunjuk kamar dimaksud. Kelelehan di perjalanan menidurkan Nining dalam lelap.

Di kamar itu, di pagi dingin yang menusuk tulang, Nining terjaga. Matahari sudah menampakkan diri. Sesekali klakson bus angkutan ke Medan memekakkan telinga. Dia memandangi setiap sudut daerah itu. ’’Mungkin rumah makannya tidak di sini,’’batin Nining.

Jelang tengah hari, dia masih di kamar sendirian. Seorang pria mengantarkan makanan dan berlalu begitu saja. Nining tak sempat untuk bertanya. Saat matahari mulai sudah masuk peraduan, wanita yang menyambutnya menghampiri.

’’Kamu siap-siap. Malam ini sudah mulai bekerja. Sebentar lagi jemputan datang.’’ Dia hanya berkata singkat dan berlalu. Setengah jam berselang, seorang pria menaiki sepedamotor menghampiri Nining.

’’Ayo, naik!’’. Seolah dibius, dia telah menembus malam dingin menyusuri jalan mendaki. Tak ada kalimat pertanyaan. Seolah berlalu begitu saja, ketika kini Nining berada di kamar bungalow dengan seorang pria yang asing baginya. Seorang lelaki 40-an itu yang tersenyum nakal.

’’Santai saja. Jangan takut. Om kasih tips lebih.’’ Nining tak kuasa. Tangis kecil menembus malam pekat. Dia lemah. Kini terkulai dalam cengkraman, mengubur mimpi-mimpi indah tentang kampung halaman. Malam pekat, sepekat hati Nining ditimpa resah. Malam dingin, sedingin hati wanita yang beku. Sebuah kepasrahan dipaksa waktu. Malam memindahkan 

Nining dari satu pria ke pria berikutnya. Langit-langit kamar, hanya mampu memandang jeritan batin Nining, tanpa bisa menuntaskan dendam tersumbat. Kasur mulai lelah menimpa nafsu para lelaki hidung belang, tak kuasa mengirim rindu Nining ke emak-bapak di kampung. 

Bayangan sepeda motor, sepeda Sukri, kini tinggal kisah seribu satu malam. Bunga itu, layu di Bandar Baru.
2008

Rabu, 04 Februari 2009

Nafsu Kekuasaan di balik Pemekaran














Kalimat di atas bukan merupakan Profokatif tapi sekedar menggambarkan bagaimana kondisi yang dirasakan masyarakat melihat perlakuan yg kurang terpuji (kalo tidak mau disebut biadab) dari sekelompok individu yang inggin mendapatkan kekuasaan

gambaran miris kondisi Sumatera Utara, pasca meninggalnya Azis Angkat Ketua DPRD Tk I Sumut yang merupakan Teman Sejawat sesama Civitas Akademika Unimed.

Unimed turut berduka atas meninggalnya mantan Dosen  Bahas Indonesia di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS),

Sosok Azis Angkat di beberapa media massa digambarkan sebagai politikus santun yang taat, bahkan beberapa detik sebelum kepergiannya akibat, dikeroyok, dilempari benda keras oleh  demonstran, beliau masih sempat mengucap kalimat tauhid (Ashaduala illa hailllahlah Waashduana Muhammad Darsululah) ucap Azwir Sofian (Anggota DPRD dari Praksi PAN (berbaju kotak liris-liris/ gambar 3) yang ikut Meyelamatkan Beliau

Sebuah kejadian yang di timbulkan oleh Nafsu Kekuasaan.... 

 

Kamis, 25 September 2008

Selamat Idul Fitri 1429 H


Ada yang berbeda saat hari-hari terakhir bulan Ramadhan,

suasana hati begitu dekat dengan Illahi dengan tempahan sebulan berpuasa,

pikiran mulai jernih dengan kenangan betapa, besar kesalahan telah di lakukan..

dari lubuk yang terdalam,,, kumohonkan Maaf atas Segala kesalah,,

pada keluarga, sahabat dan rekan...

Minal Adin wal faizin ,,, Mohon Maaf Lahir dan Batin
Buat para Sahabat ini Kuhadirkan Kumpulan Met Lebaran Melalui SMS
Moga dapat Digunakan:
Kata telah terucap, tangan telah tergerak, prasangka telah terungkap,
Tiada kata, Kecuali “saling maaf” jalin ukhuwah & kasih sayang raih
indahnya kemenangan hakiki, Selamat Hari Raya Iedul Fitri

Selamat Hari …… ,
Marilah Kita saling mengasihi n memaafkan…
Ku tau kau telah banyak berbuat salah Dan dosa kepadaku, sering meminjam
duit n Ga ngembaliin, pake motor Ga pernah isi bensin, tapi tak usah
risau… Ku t`lah memaafkanmu. ..

” Sepuluh jari tersusun rapi.. Bunga melati pengharum hati .. SMS dikirim
pengganti diri… Memohon maaf setulus hati … Mohon Maaf Lahir Dan Batin
.. Met Idul Fitri …

Andai jemari tak smpt berjabat,andai raga tak dpt b’tatap
Seiring beduk yg mgema,sruan takbir yg berkumandang
Kuhaturkan salam menyambut Hari raya idul fitri,jk Ada kata serta khilafku
membekas lara mhn maaf lahir batin.
SELAMAT IDUL FITRI

Mawar berseri dipagi Hari
Pancaran putihnya menyapa nurani
Sms dikirim pengganti diri
SELAMAT IDUL FITRI
MOHON MAAF LAHIR BATHIN

Sebelum Ramadhan pergi
Sebelum Idul fitri datang
Sebelum operator sibuk
Sebelum sms pending mulu
Sebelum pulsa habis
Dari hati ngucapin MINAL AIDZIN WAL FAIDZIN
MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN

Jika HATI sejernih AIR, jangan biarkan IA keruh,
Jika HATI seputih AWAN, jangan biarkan dia mendung,
Jika HATI seindah BULAN, hiasi IA dengan IMAN.
Mohon Maaf lahir Dan batin

Menyambung kasih, merajut cinta, beralas ikhlas, beratap DOA.
Semasa hidup bersimbah khilaf & dosa, berharap dibasuh maaf.
Selamat Idul Fitri

Melati semerbak harum mewangi,
Sebagai penghias di Hari fitri,
SMS ini hadir pengganti diri,
Ulurkan tangan silaturahmi.
Selamat Idul Fitri

Sebelas bulan Kita kejar dunia,
Kita umbar napsu angkara.
Sebulan penuh Kita gelar puasa,
Kita bakar segala dosa.
Sebelas bulan Kita sebar dengki Dan prasangka,
Sebulan penuh Kita tebar kasih sayang sesama.
Dua belas bulan Kita berinteraksi penuh salah Dan khilaf,
Di Hari suci nan fitri ini, Kita cuci hati, Kita buka pintu maaf.
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Andai jemari tak sempat berjabat.
Jika raga tak bisa bersua.
Bila Ada kata membekas luka.
Semoga pintu maaf masih terbuka.
Selamat Idul Fitri

Faith makes all things possible.
Hope makes all things work.
Love makes all things beautiful.
May you have all of the three.
Happy Iedul Fitri.”

Walopun operator sibuk n’ sms pending terus,
Kami sekeluarga tetap kekeuh mengucapkan
Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir Dan batin

Bila kata merangkai dusta..
Bila langkah membekas lara…
Bila hati penuh prasangka…
Dan bila Ada langkah yang menoreh luka.
Mohon bukakan pintu maaf…
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

Fitrah sejati adalah meng-Akbarkan Allah..
Dan Syariat-Nya di alam jiwa..
Di dunia nyata, dalam segala gerak..
Di sepanjang nafas Dan langkah..
Semoga seperti itulah diri Kita di Hari kemenangan ini..
Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Batin

Waktu mengalir bagaikan air
Ramadhan suci akan berakhir
Tuk salah yg pernah Ada
Tuk khilaf yg sempat terucap
Pintu maaf selalu kuharap
Met Idul Fitri

Walaupun Hati gak sebening XL Dan secerah MENTARI.
Banyak khilaf yang buat FREN kecewa,
Kuminta SIMPATI-mu untuk BEBAS kan dari ROAMING dosa
Dan Kita semua hanya bisa mengangkat JEMPOL kepadaNya
Yang selalu membuat Kita HOKI dalam mencari kartu AS
Selama Kita hidup karena Kita harus FLEXIbel
Untuk menerima semua pemberianNYA Dan menjalani
MATRIX kehidupan ini…Dan semoga amal Kita tidak ESIA-ESIA…
Mohon Maaf Lahir Bathin.

Satukan tangan,satukan hati
Itulah indahnya silaturahmi
Di Hari kemenangan Kita padukan
Keikhlasan untuk saling memaafkan
Selamat Hari Raya Idul Fitri
Mohon Maaf Lahir Batin

MTV bilang kalo MO minta maap g ush nunggu lebaran
Org bijak blg kerennya kalo mnt maap duluan
Ust. Jefri blg org cakep mnt maap gk prl disuruh
Kyai blg org jujur Ga perlu malu utk minta maap
Jd krn Mrs anak nongkrong yg jujur, keren cakep Dan baek
Ya gw ngucapin minal aidzin wal faizin , mohon maaf lahir Dan batin ..

Kamis, 10 Juli 2008



SYMPOSIUM ON BUSINESS POSTGRADUATE RESEARCH :
SUSTENANCE OF BUSINESS RESEARCH DEVELOPMENT
29 – 30 JUNE 2008
SEMINAR HALL B, CONVENTION CENTRE UUM
CONCURRENT SESSIONS –DETAILS


29 JUNE 2008 – SUNDAY

PARALEL SESSION 1 (2.00 P.M – 5.30 P.M)

SESSION A: ACCOUNTING

PRESENTATIONS:

1. Penentu Pelapor Internet: Persepktif Teori Kontingensi - Mohd Noor Azli bin Ali Khan
2. Exploring the fit between ERPS and Management Accounting Practices: A Review of Literatures - Wan Mohd Nazif Wan Mohd Nori
3. The Hidden Factory-The Producer of Social Loss - Cheah Soo Jin
4. Determinants of Audit Fees of MESDAQ Companies - Mohd. ‘Atef Md Yusof
5. Analisis Tekanan Lobby Groups Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Social Perusahaan (Corporate Social Responsibility Disclosures) - Muhammad Rizal SE., M.SI
ANALISIS TEKANAN LOBBY GROUPS TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY DISCLOSURES).
(Studi Empiris Pada Lembaga Sosial dan Lingkungan di Sumatera Utara)

Banyaknya kasus-kasus eksternalitas yang belakangan ini terjadi di Indonesia, memunculkan desakan yang semakin tinggi dari masyarakat agar perusahaan tidak menjadi entitas yang selfish, dan akhirnya mendorong perusahaan melakukan aktivitas tanggung jawab perusahaan, atau yang dikenal corporate social responsibility (CSR) Rizal (2006), kondisi seperti ini tidaklah terjadi begitu saja, namun berkat dorongan semua pihak terutama lembaga-lembaga sosial dan lingkungan (lobby Groups) yang secara terus menerus melakukan lobby dan kampanye agar perusahaan lebih perduli terhadap tanggungjawab sosial dan lingkungan sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada stekholder
Penelitian eksploratif ini ditujuan untuk menganalisis tekanan lobby group terhadap pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan di Indonesia dengan mengambil lokasi penelitian di Propinsi Sumatera Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembaga sosial dan lingkungan berdasarkan direktori Kesabang linmas tahun 2007. sample penelitian ini sebanyak 32 lembaga sosial dan lingkungan yang dikumpulkan dengan metode Survey.
Hasil analisis menunjukkan sebanyak 68,9 % lobby groups melakukan dorongan bagi perusahaan untuk mengungkapkan kegiatan sosial/lingkungan, 53,1 % lembaga sosial dan lingkungan secara langsung melakukan tindakan terhadap perusahaan yang tidak mengungkapkan kegiatan sosialnya, seperti meloby, mengekspos, dan berkampanye agar perusahaan melakukan pengungkapan. seluruh lembaga lobby groups sepakat agar terdapat undang-undang atau standar pengungkapan minimum yang dapat digunakan sebagai dasar pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan.


Kata kunci: Tekanan, lembaga sosial, lembaga lingkungan, tanggungjawab perusahaan dan pengungkapan

*didanai oleh Dosen Muda Dikti tahun 2007

Senin, 09 Juni 2008

Menyambut SNA Ke 11 di Pontianak

HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI
(SEBUAH ANALISIS PERSEPSI SIVITAS AKADEMIKA AKUNTANSI

Peronika Sembiring & Rizal
Abstrac


This Research aim to know the perception of academic personnel cum accountancy on the application of harmony of international accountancy standard

In this research the object cosmists of lecturer in accountancy, student and employers. of some famous universities in Medan. object verification is data analysis. Correlation Product Moment is used in validity examination, While Cronbac'h Alpha, is used to examine the reliability.

The result of hypothesis show that lecturer and student in accountancy have positive perception on the application of the harmony of international accountancy standard. 14 out of 30 respondents (i.e lecturers) or 47% claimed that they have learned international accountancy. 69 respondents are students who have learned international accountancy. This research slows that the understanding international accounting on two groups of respondents attained a fair perception.


Keyword : Harmony, Standardizes, International Accountancy standard, Globalization.


*ANALISIS TEKANAN LOBBY GROUPS TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN
(Studi Empiris Pada Lembaga Sosial dan Lingkungan di Sumatera Utara)

Fatresia & Rizal
Since there are many external cases happened recently in Indonesia, casing the society pressure in order companies don’t be come selfish entity, and finally can motivate the companies do the activity of their responsibility, as known as corporate social responsibility ( CSR) Rizal ( 2006), the condition like this is not just happening but become of motivation from all parties especially social and environmental organization (lobby Groups) which continually doing the lobby and campaign so that company has more care for social and environmental responsibility as the form of responsibility to stakeholder.

This exploratory research is meant to analyze the pressure of lobby group to the act of expressing social responsibility of company in Indonesia by taking a place of the research in North Sumatera Province. The populations for this research are from social all social and environmental organization based on the directory of social and environmental organization (Kesbang linmas 2007). Which are selected by a survey method.

The result of analysis show counted 68,9 % lobby groups motivate. the company to expose the activities of social and environmental, 53.1 % social and environmental organization conduct direct actions to company which do not express any social activity, such as to lobby, to expose, and to do campaign, in order the company do the expose. All the lobby groups organization agree to the law and minimum expose the company’s social responsibility.


Keyword: Pressure, social and environmental organization, responsibility and expose

*Fund by Dikti 2007

Jumat, 02 Mei 2008

Respon Dari Para Saudara




Pada halaman sebelummnya judul Sejarah yang hilang ......

aku Lahir di sebuah daerah pinggiran di utara kota Medan tepatnya Kecamatan Pancurbatu tanggal 13 April 1976, orang tua ku memanggilku Muhammad Rizal hasibuan lahir dari pasangan Siti Djasiah dengan (Alm) Drs Abdurrozak Hasibuan bin Abdul Latif Hasibuan bin Sulaiman Tambusai seorang mubti (pemuka agama) di kerajaan Kualuh (Labuhan Bantu),Hanya sampai disitu aku mengenal leluhurku,, menurut cerita Sulaiman tambusai (yang bermarga Hasibuan) sampai di kerajaan kualuh karena orantuanya (pada abad ke 18), melarikan diri setelah kalah perang ketika Belanda menyerang Rao (sebuah daerah di Padang) menangkap Tuan Imam Bonjol.Dan sampai saat ini kami keturunan Sulaiman Tambusai juga belum mengetahui mengapa leluhur kami tersebut berada di tambusai, padahal menurut asal muasal marga hasibuan berasal di Sibuhuan sebuah kota kecil di Mandailing tepatnya di Sidempuan (sebelum di mekarkan)
lahir dan besar di Medan, walu pun hanya dipinggir kota, membuat ku tak pandai berbahasa mandailing, malah mahir menggunkan bahasa jawa dan karo (sebuah etnis batak) karena terdapat banyak di lingkungan tempat tinggal kamiDan sampai saat ini pula kami belum mengerti mengapa ada saudara Hasibuan (yang Non Muslim) yang bersal dari Utara (toba)"
kepada pak sitorus saudara ku se adat,,, dan saudaraku orang batak,, serta saudarku yang lain, saya mintakan bantunya untuk memberikan saran atau pengetahuan asal- muasal marga hasibuan......


Ada beberapa Komentar dari saudaraku se adat mungkin bisa digunakan untuk kita semua



Horas Ampara (baca : appara) (Note : Sebutan Batak Untuk Orang yang semarga atau sekumpulan marga)Saya Parlindungan, kebetulan juga bermarga Hasibuan. kebetulan Non Muslim dan Kebetulan lagi dari Utara (Toba). Saya mau membagi informasi mengenai Sejarah Marga Hasibuan, yang mayoritas saya peroleh dari mendiang Bapak Saya. (St. I.M. Hasibuan)Dari sejarah Marga Hasibuan yang saya peroleh dari Bapak saya,Silsilah Marga Hasibuan, mulai dari Si Raja Batak sampai keturunannya yang pertama adalah sbb :Si Raja Batak (Orang Batak I) memiliki tiga orang anak. Yaitu : 1. Guru Tatea Bulan, 2. Raja ISumbaon dan 3. Toga Laut.Anak Si Raja Batak nomor 2, yaitu Raja Isumbaon, juga memiliki tiga orang anak, yaitu : 1. Tuan Sori Mangaraja, 2. Raja Asi-asi dan 3. Sangkar Somalidang.Anak Raja Isumbaon yang pertama, yaitu Tuan Sori Mangaraja, juga memiliki 3 orang anak. Tdd : 1. Tuan Sorba Dijulu, 2. Tuan Sorba Dijae dan 3. Tuan Sorba Dibanua.Tuan Sorba Dibanua memiliki 8 orang anak (Mayoritas Marga Batak saat ini bersumber dari Tuan Sorba Dibanua ) yaitu :1. Sibagot Ni Pohan, 2. Sipaet Tua, 3. Silahi Sabungan, 4. Si Raja Oloan, 5. Si Raja Huta Lima, 6. Toga Sumba, 7. Toga Sobu dan 8. Toga Naipospos.Anak ke 7 dari Tuan Sorba Dibanua, yaitu Toga Sobu, memiliki 2 orang Anak. Yaitu : 1. Raja Tinandang (Sitompul) dan 2. Raja Hasibuan. (Dari silsilah ini, kita harus memanggil Haha Doli/Abang ke semua Marga Sitompul).Si Raja Hasibuan memiliki 5 Orang anak yaitu : 1. Raja Marjalo. 2. Guru Mangaloksa, 3. Guru Hinobaan, 4. Raja Marjalang dan 5. Guru Maniti. Si Raja Hasibuan berdomisili di Sigaol. Sebuah kampung di tepi Danau Toba. Masuk dari Porsea ke sebelah kanan menyusuri Sungai Asahan. Sigaol merupakan kampung yang dihuni mayoritas Marga Manurung. Konon, karena sengketa kepemilikan Ogung (Gong) yang terbuat dari Emas, Marga Manurung mengusir Marga Hasibuan Dari Sigaol. Anak Si Raja Hasibuan yang pertama, yaitu Raja Marjalo lari ke Lumban Bao (Sebuah Desa Di Janji Matogu), Anak ke-2, Guru Mangaloksa lari ke Silindung (Tarutung) dan menetap disana serta menjadi leluhur dari marga-marga Si Opat Pusoran (Hutagalung, Hutabarat, Tobing, Panggabean, Hutapea Tarutung, dan Simorangkir). Karena silsilah inilah, semua yang marga yang masuk kedalam kumpulan Marga Si Opat Pusoran Memanggil Ompung, ke semua orang yang bermarga Hasibuan. Anak ke-3, yaitu Guru Hinobaan, Lari ke Sibuhuan. Anak ke-4. Raja Marjalang, Lari ke Asahan. dan Anak ke-5. Guru Maniti lari ke Sipirok. Dari 5 anak Si Raja Hasibuan, hanya 2 yang tetap di Toba, dan dari 2 yang menetap di Toba, tinggal 1 yang tetap memakai marga Hasibuan (Raja Marjalo). Tiga anak dari Si Raja Hasibuan lari ke daerah yang sudah memeluk agama Islam dan menjadi pemeluk Agama Islam. Hal ini yang membuat mayoritas orang yang bermarga Hasibuan adalah Islam. Namun sebenarnya, asal dari Marga Hasibuan, adalah dari Sigaol.Informasi inilah yang bisa saya bagikan untuk Ampara. Semoga bisa bermanfaat.Horas.
2008 Januari 17 00:30


Anonim berkata...
Horas,Leluhur saya, Ompung dan Bapak, berasal dari Sigaol. Orangtua saya (RG Manurung/Ompung Rintar) lahir di Sigaol. Saya tertarik dengan 'cerita' mengenai sengketa kepemilikan gong emas.Apakah ada versi lengkap mengenai kisah tersebut?SalamCharles P Manurung
2008 April 30 08:35